Minggu, 27 November 2011

Menangkal dan Mencegah Radikalisasi di Pesantren

0 komentar

Tentu bukan sebuah upaya untukmendeskriditkan pesantren sebagai sumber dan tempat berkembangnya radikalisme. Daribeberapa penelitian, beberapa lembaga yang mengaku pesantren teridentifikasisebagai tempat berkembang biaknya bibit-bibit radikalisme, yang bahkan mengarahke terorisme. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), sebagailembaga yang sejak awal konsen di dunia pesantren merasa terpanggil untuk ikutserta membersihkan nama pesantren, yang tercemari oleh gerakan-gerakanradikalisme. Di mana gerakan-gerakan itu memanfaatkan pesantren sebagai kedokmereka.

Program Countering and PreventingRadicalisation in Indonesian Pesantren ini, adalah program kerjasama antara P3M,Search for Commond Ground, dan Wahid Institute. Bentuk penguatan jaringan,dengan secermat mungkin menggunakan basis program di lembaga yang memilikitradisi kuat melakukan pemberdayaan di dunia pesantren. Sebagaimana diketahui,P3M dan Wahid Institute lahir di lingkungan yang bisa dikatakan hampir sama,dunia kaum sarungan, santri, yang lekat dengan pesantren. Oleh karena untukmengefektifkan kerja program, Search for Commond Ground menggandeng kedualembaga ini, untuk melakukan tindaka penangkalan dan pencegahan radikalisasi dipesantren.

Pilot project program ini dilakukan di 4 wilayah (Jawa , Sumsel, Sulteng, dan Lombok), di 10 pesantren,dengan durasi waktu cukup panjang, 2 tahun.

Program Goal. Mempromosikankebebasan beragama, dan mencegah radikalisasi melalui media dan kegiatan pendidikanbagi anak muda di pesantren, di wilayah yang rentan kekerasan dan intoleran dalamberagama di Indonesia.

Tujuan
  • Pesantren lebih peduli dan mampu berpikir kritis tentang isu-isu kontraterorisme, kontra-radikalisasi, pluralisme beragama, dan memahami perbedaan.
  • Pesan-pesan kelompok ekstrem secara langsung dapat ditangkal di wilayah yang sering terjadi radikalisasi.
  • Konflik komunal dapat dicegah dan pemahaman agama meningkat melalui pemanfaatan media yang beragam, seperti video documenter dan radio komunitas
  • Program menangkal dan mencegah radikalisasi dapat terlembagakan di pesantren.
Hasil
  • Guru dan pelajar dapat meningkatkan berpikir kritis, dan memahami isu kontraradikalisasi, pemahaman keagamaan dan pluralisme
  • Guru dan pelajar terlatih memproduksi dan mengelola program radio komunitas sensitif konflik yang menangkal pesan-pesan ekstremis.
  • Drama radio dan talk show yang menawarkan pesan positif pluralisme agama dan melawan radikalisme
  • Terbangun jaringan antar pesantren
  • Komunitas terbekali skill resolusi konflik
  • Staff dan fakultas terlatih menerapkan kurikulum kontra radikalisme
  • Produksi dan distribusi video dokumenter yang menangkal radikalisasi.
Kegiatan

  • Base-line Assessment
Dalam kegiatan ini pertama, dilakukan riset untukmenentukan 10 pesantren sebagai sasaran program. Kedua, Program akanmentarget 10 pesantren terutama di Jawa, tapi juga termasuk Sulawesi Tengah,Lombok, dan Sumatra Selatan– dengan total murid keseluruhan 25,000 santri.Ketiga, Pesantren sasaran berlokasi di dekat masjid, pesantren, atau madrasahyang radikal, sesuai tujuan kontra ideologi ekstremis secara langsung.

  • Stakeholder Meeting
Melibatkan pimpinan sepuluh pesantren dan media expert.Tujuan dari kegiatan ini untuk mendapatka masukan isi kampanye dan jangkauanmedia, membangun kesepakatan dan dialog. Pertemuan pertama akan dilakukan diJakarta, pada awal program, untuk membantu menginformasikan proses radiokomunitas.

  • Pendirian Radio Komunitas
Setiap pesantren akan menerima bantuan teknis untuk mendirikanstudio radio kecil alat perlengkapan siaran, dan pemancar kecil (5m). Pelatihanpengurus/pengelola radio (melibatkan kyai, ustadz dan santri) dibekali 3kemampuan: (a) Program radio, (b) Peralatan dan Teknis, (c) Manajemen, jaringandan penggalangan dana. Program:talk show, drama radio, kompetisi musik dan bernyanyi informasi isu-isuperdamaian dan keadilan, hak asasi manusia, peristiwa terkini, musik, olahraga,dan topic menarik lainnya.

  • Program Radio
Pertama, Youth Magazine/ Bulletin. 5 reporter muda (darimasing-masing pesantren) dibekali perekam suara digital, memproduksi rekamanaudio mentah durasi 30 menit, tema seputar kontra-radikalisasi SFCG &pesantren mengkompilasi dan mengedit rekaman, dan memproduksi 24 siaran majalahradio pada akhir tahun pertama, yang akan disiarkan di 10 stasiun radiokomunitas yang baru terbentuk.

Kedua, Drama Radio. SFCG dan mitra kerja memproduksi sebuah dramaradio 25-episode, yang akan menggabungkan berbagai tema dan isu yang dihasilkanselama stakeholder meeting. SFCG akan bekerja dengan produser dramaradio untuk mengembangkan script yang dapat digunakan untuk program TV, yangbisa memperluas jangkauan proyek.

Ketiga, Talk Show Interaktif. Tujuan:menciptakan platform publik, kampanye dan advokasi, meningkatkan pengetahuan masyarakat,dan merubah sikap/perilaku. Siaranlangsung interaktif mencakup tanggapan pemirsa dan kuis. SFCG akan melatihproject host dari pesantren cara memproduksi segmen interaktif, tehnik mengembangkansensitivitas pluralism keagamaan dan interaksi yang mengarah solusi denganaudiens. Host juga akan menerima panduan untukmembangun hubungan dengan audien tentang isu-isu spesifik yang termuat dalamseri drama radio. Talk show menampilkan tausiyah tokoh agama lokal yang menyanggah“hate speech” dan pesan ekstrem yang datang dari masjid/ pesantren terdekat.

  • Video Competition and Documentary Production
Sepuluhpesantren berpartisipasi dalam produksi film durasi 1 jam hasil kolaborasi pelajardan profesional.

  • Compiling and Reporting Feedback
SFCG bekerjasama para reporter muda di setiap radio akan mengadakanFGD secara reguler untuk menggali ide, meningkatkan kualitas siaran.

FGD juga akan diadakan dengan tokoh muda dan anggota komunitasuntuk mengukur tingkat pendengar, sejauhmana pesan telah diterima.

Hasil-hasil FGD, kegiatan outreach, telepon-in, SMS dan surat-suratyang dihasilkan dari interaktif, komentar balik, merupakan bahan yang sangatberharga dan memberikan wawasan tentang perspektif dan kebutuhan khalayak mudaIndonesia.

Leave a Reply

Label