Senin, 28 November 2011

Pesantren Semakin Terbuka

0 komentar
Sleman – Pondok Pesantren (Ponpes) semula hanya dipahami sebagai lembaga untukmempelajari mengenai agama. Dewasa ini, pengertian Ponpes semakin terbuka,karena lembaga ini juga memasukan unsur pendidikan dan pengajaran umum.
Dalam SarasehanPimpinan Pondok Pesantren se-DIY, Pengasuh Ponpes Mahasiswa Ali Maksum,Krapyak, Abdul Ghofur Maemun, Pakar Ilmu Tafsir Waryono Abdul Ghafur sertaPengasuh Ponpes Hamfara Muhammad Ismail Yusanto berbagi mengenai perkembanganPonpes di DIY.
Menurut ketiganyasaat ini Ponpes berkembang semakin luas karena turut berbagi mengenai berbagaiilmu yang berguna bagi masyarakat. Adapun, salah satu pendidikan yang kinidiperkenalkan ialah memperbaharui kurikulum ponpes dan mengajarkan usaha-usahaekonomi produktif.
Ismailmenjelaskan dengan perkembangan tersebut, muncul berbagai perspektif penafsiran.Untuk itu dialog seperti ini sebaiknya rutin dilakukan agar terjadi komunikasiyang strategis sehingga tidak timbul konflik. "Jika UIN bisa memfasilitasipertemuan seperti ini secara rutin akan baik adanya," kata dia diLaboratorium Agama Masjid Sunan Kalijaga siang ini.
(JIBI/Harjo/Edi)
Sumber: Solo Pos dot Com, 29 November 2011
Continue reading →
Minggu, 27 November 2011

Menangkal dan Mencegah Radikalisasi di Pesantren

0 komentar

Tentu bukan sebuah upaya untukmendeskriditkan pesantren sebagai sumber dan tempat berkembangnya radikalisme. Daribeberapa penelitian, beberapa lembaga yang mengaku pesantren teridentifikasisebagai tempat berkembang biaknya bibit-bibit radikalisme, yang bahkan mengarahke terorisme. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), sebagailembaga yang sejak awal konsen di dunia pesantren merasa terpanggil untuk ikutserta membersihkan nama pesantren, yang tercemari oleh gerakan-gerakanradikalisme. Di mana gerakan-gerakan itu memanfaatkan pesantren sebagai kedokmereka.

Program Countering and PreventingRadicalisation in Indonesian Pesantren ini, adalah program kerjasama antara P3M,Search for Commond Ground, dan Wahid Institute. Bentuk penguatan jaringan,dengan secermat mungkin menggunakan basis program di lembaga yang memilikitradisi kuat melakukan pemberdayaan di dunia pesantren. Sebagaimana diketahui,P3M dan Wahid Institute lahir di lingkungan yang bisa dikatakan hampir sama,dunia kaum sarungan, santri, yang lekat dengan pesantren. Oleh karena untukmengefektifkan kerja program, Search for Commond Ground menggandeng kedualembaga ini, untuk melakukan tindaka penangkalan dan pencegahan radikalisasi dipesantren.

Pilot project program ini dilakukan di 4 wilayah (Jawa , Sumsel, Sulteng, dan Lombok), di 10 pesantren,dengan durasi waktu cukup panjang, 2 tahun.

Program Goal. Mempromosikankebebasan beragama, dan mencegah radikalisasi melalui media dan kegiatan pendidikanbagi anak muda di pesantren, di wilayah yang rentan kekerasan dan intoleran dalamberagama di Indonesia.

Tujuan
  • Pesantren lebih peduli dan mampu berpikir kritis tentang isu-isu kontraterorisme, kontra-radikalisasi, pluralisme beragama, dan memahami perbedaan.
  • Pesan-pesan kelompok ekstrem secara langsung dapat ditangkal di wilayah yang sering terjadi radikalisasi.
  • Konflik komunal dapat dicegah dan pemahaman agama meningkat melalui pemanfaatan media yang beragam, seperti video documenter dan radio komunitas
  • Program menangkal dan mencegah radikalisasi dapat terlembagakan di pesantren.
Hasil
  • Guru dan pelajar dapat meningkatkan berpikir kritis, dan memahami isu kontraradikalisasi, pemahaman keagamaan dan pluralisme
  • Guru dan pelajar terlatih memproduksi dan mengelola program radio komunitas sensitif konflik yang menangkal pesan-pesan ekstremis.
  • Drama radio dan talk show yang menawarkan pesan positif pluralisme agama dan melawan radikalisme
  • Terbangun jaringan antar pesantren
  • Komunitas terbekali skill resolusi konflik
  • Staff dan fakultas terlatih menerapkan kurikulum kontra radikalisme
  • Produksi dan distribusi video dokumenter yang menangkal radikalisasi.
Kegiatan

  • Base-line Assessment
Dalam kegiatan ini pertama, dilakukan riset untukmenentukan 10 pesantren sebagai sasaran program. Kedua, Program akanmentarget 10 pesantren terutama di Jawa, tapi juga termasuk Sulawesi Tengah,Lombok, dan Sumatra Selatan– dengan total murid keseluruhan 25,000 santri.Ketiga, Pesantren sasaran berlokasi di dekat masjid, pesantren, atau madrasahyang radikal, sesuai tujuan kontra ideologi ekstremis secara langsung.

  • Stakeholder Meeting
Melibatkan pimpinan sepuluh pesantren dan media expert.Tujuan dari kegiatan ini untuk mendapatka masukan isi kampanye dan jangkauanmedia, membangun kesepakatan dan dialog. Pertemuan pertama akan dilakukan diJakarta, pada awal program, untuk membantu menginformasikan proses radiokomunitas.

  • Pendirian Radio Komunitas
Setiap pesantren akan menerima bantuan teknis untuk mendirikanstudio radio kecil alat perlengkapan siaran, dan pemancar kecil (5m). Pelatihanpengurus/pengelola radio (melibatkan kyai, ustadz dan santri) dibekali 3kemampuan: (a) Program radio, (b) Peralatan dan Teknis, (c) Manajemen, jaringandan penggalangan dana. Program:talk show, drama radio, kompetisi musik dan bernyanyi informasi isu-isuperdamaian dan keadilan, hak asasi manusia, peristiwa terkini, musik, olahraga,dan topic menarik lainnya.

  • Program Radio
Pertama, Youth Magazine/ Bulletin. 5 reporter muda (darimasing-masing pesantren) dibekali perekam suara digital, memproduksi rekamanaudio mentah durasi 30 menit, tema seputar kontra-radikalisasi SFCG &pesantren mengkompilasi dan mengedit rekaman, dan memproduksi 24 siaran majalahradio pada akhir tahun pertama, yang akan disiarkan di 10 stasiun radiokomunitas yang baru terbentuk.

Kedua, Drama Radio. SFCG dan mitra kerja memproduksi sebuah dramaradio 25-episode, yang akan menggabungkan berbagai tema dan isu yang dihasilkanselama stakeholder meeting. SFCG akan bekerja dengan produser dramaradio untuk mengembangkan script yang dapat digunakan untuk program TV, yangbisa memperluas jangkauan proyek.

Ketiga, Talk Show Interaktif. Tujuan:menciptakan platform publik, kampanye dan advokasi, meningkatkan pengetahuan masyarakat,dan merubah sikap/perilaku. Siaranlangsung interaktif mencakup tanggapan pemirsa dan kuis. SFCG akan melatihproject host dari pesantren cara memproduksi segmen interaktif, tehnik mengembangkansensitivitas pluralism keagamaan dan interaksi yang mengarah solusi denganaudiens. Host juga akan menerima panduan untukmembangun hubungan dengan audien tentang isu-isu spesifik yang termuat dalamseri drama radio. Talk show menampilkan tausiyah tokoh agama lokal yang menyanggah“hate speech” dan pesan ekstrem yang datang dari masjid/ pesantren terdekat.

  • Video Competition and Documentary Production
Sepuluhpesantren berpartisipasi dalam produksi film durasi 1 jam hasil kolaborasi pelajardan profesional.

  • Compiling and Reporting Feedback
SFCG bekerjasama para reporter muda di setiap radio akan mengadakanFGD secara reguler untuk menggali ide, meningkatkan kualitas siaran.

FGD juga akan diadakan dengan tokoh muda dan anggota komunitasuntuk mengukur tingkat pendengar, sejauhmana pesan telah diterima.

Hasil-hasil FGD, kegiatan outreach, telepon-in, SMS dan surat-suratyang dihasilkan dari interaktif, komentar balik, merupakan bahan yang sangatberharga dan memberikan wawasan tentang perspektif dan kebutuhan khalayak mudaIndonesia.
Continue reading →
Jumat, 25 November 2011

Hijrah Nabi Muhammad SAW

0 komentar




Ilustrasi
Beberapaayat al-Qur’an telah turun dan memerintahkan Nabi Muhammad untuk secaraterang-terangan mendakwahkan apa yang telah diterimanya dari Tuhannya.Ajarannya yang hanya mengakui satu Tuhan dan tidak memberi tempat bagi dewa-dewiyang sebelumnya dipuja hampir semua masyarakatnya membuat Nabi Muhammad harusberhadapan dengan mereka.

Sebagianorang Quraisy yang berkuasa mulai berkampanye untuk menyingkirkan Muhammad. Diadianggap sebagai ateis dan ingkar terhadap ajaran nenek moyang. Seorang utusanmendekati Abu Thalib, pemuka klan setelah kematian kakek Muhammad, AbdulMuthalib, dan memintanya untuk mencabut perlindungan terhadap Muhammad yangdiberikan oleh klannya.  Sistem klanadalah dasar yang kuat pada zaman itu. Tak seorang pun dapat hidup tanpaperlindungan dari sebuah klan.

Halini merupakan permasalahan yang dilematis bagi Abu Thalib. Di satu pihak, diatidak ingin membuat masalah dengan klan-klan yang ada. Tetapi di fihak yanglain, dia juga tidak mau menjadi pemimpin yang gagal karena tidak dapatmemberikan perlindungan terhadap anggotanya, bahkan keponakan sendiri yangdikasihi. Dan pilihan yang diambil oleh Abu Thalib adalah tetap berkeras untuktidak menyerahkan Muhammad kepada mereka.

Danselama Abu Thalib masih ada, tidak seorang pun dapat menyingkirkan Muhammad.Tetapi tidak demikian dengan para pengikut Muhammad yang sebagian besar adalahdari lapisan bawah, budak misalnya. Mereka mendapatkan perlakuan yang kejamtiada tara dari para majikannya lantaran mengikutikeimanan Muhammad. Bilal, budak hitam yang dibebaskan Abu Bakar karenadilihatnya sedang dijemur di bawah sinar matahari di atas sebuah batu olehmajikannya, Ummayah, adalah contoh yang sering ditunjuk berkenaan dengan kekejamanmusuh-musuh Muhammad.

Karenanya,Muhammad meminta Negus, pemimpin Abyssinia Kristen, untuk menerima kedatanganrombongan Muslim dari makah ke negerinya. Tahun 616 M. sekitar 83 Muslim meninggalkanMakah bersama keluarga menuju Abyssinia. Diantara mereka adalah Utsman bin Affan, khalifah ketiga setelah wafatnyaMuhammad. Diterimanya para emigran oleh raja Negus tentu mengancamkeberlangsungan hidup suku Quraisy. Karenanya, suku ini mengirimkan dua utusanke Negus untuk memintanya memulangkan para pengacau ini.

Didepan Negus, masing-masing wakil dari kelompok Muslim dan Quraisy memberikanargumennya. Wakil dari Quraisy mengatakan bahwa para emigran ini adalahpengacau masyarakat dan pengutuk agama nenek moyang mereka. Adapun Ja’far,wakil dari kelompok Muslim, mengatakan bahwa Muhammad hanyalah seorang nabi,sebagaimana Yesus, yang diutus oleh Tuhan kepada umatnya. Dia membacakan surat Maryam, salah satu surat dalam al-Qur’an,kepada orang-orang yang hadir. Bacaan Ja’far ini telah membuat Negus terharudan menangis, sehingga air matanya bercucuran. Negus menolak permintaan utusandari Quraisy dan membiarkan kelompok Muslim ini menjalankan keimanan mereka dinegeri yang baru ini.

Semakinbertambah banyaknya para pengikut Muhammad, meski berbagai usaha pencegahantelah dilakukan, membuat musuh-musuh Muhammad semakin agresif pula. Abu Jahl,musuh Muhammad dari klannya sendiri, mencari dukungan dari klan-klan lain untukmemboikot klan Hasyim dan Muthalib. Dengan didapatkannya dukungan pemboikotandari klan-klan ini, maka tak seorang pun dapat menikah atau berdagang dengandua klan tersebut. Dengan demikian, akses makanan terhadap mereka menjaditerputus.

Pemboikotanini membuat semua anggota klan Hasyim dan Muthalib, baik yang Muslim maupuntidak, pindah ke jalan milik Abu Thalib, yang menjadi kampung minoritas. Meskidemikian, larangan ini juga kurang populer, karena banyak orang-orang dari klanlain yang memiliki hubungan saudara dengan dua klan tersebut tetap menjalinhubungan dan mengirimi mereka makanan. Setelah dua tahun berlangsung, keadaansemakin agak membaik, dan kampanye untuk menghentikan boikot semakin kuat. Danakhirnya larangan yang tergantung pada Ka’bah yang akan dicabut ternyata sudahtidak ada karena sudah habis dimakan ulat kecuali kalimat “Dalam nama-Mu yaAllah.”

Tahun619 M. adalah tahun kesedihan bagi Muhammad. Khadijah meninggal segera setelahhabisnya masa pemboikotan. Dia adalah istri sekaligus teman terdekat Muhammad.Tak seorangpun dapat menggantikan posisinya setelah kematiannya. Dia dikenalsebagai hartawan yang banyak memberikan hartanya untuk dakwah suaminya. Dialahorang yang memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa sewaktu Muhammad menerimawahyu yang pertama kalinya. Dia disebut sebagai orang pertama yang masuk Islamdari kelompok wanita.

Namunkesedihan semakin bertambah dengan wafatnya Abu Thalib, yang ternyata belummasuk Islam, tak lama setelah wafatnya Khadijah. Dengan demikian, bentengperlindungan Muhammad nyaris runtuh. Orang-orang yang selama ini tidak beranimengganggunya lantaran masih adanya perlindungan dari Abu Thalib, sekarangsemakin bebas untuk melancarkan gangguan dan serangannya.

Diceritakan,banyak orang sudah mulai terbiasa melempari Muhammad dengan kotoran onta danusus domba. Mereka sering mengganggunya ketika dia sedang melakukan shalat. Diasemakin juga sering dilempari kotoran ketika sedang berjalan. Hal ini jugaberpengaruh terhadap para pengikut-pengikutnya. Mereka juga mendapatkanperlakuuan yang tidak kalah mengenaskan darinya.

Mungkinkarena putus asa, Muhammad pergi ke Thaif, sebuah kota perdagangan sebagaimanaMakah, di mana beberapa anggota keluarga Abdi Syams dan Hasyim memiliki tempattinggal di sana. Dia mengunjungi tiga bersaudara Tsaqif dan memintanya sesuatuyang tentu saja akan ditolaknya, yaitu menerima agama barunya dan memberikanperlindungan terhadapnya. Karena dikejar budak-budak mereka, Muhammadberlindung dikebun milik Utbah bin Rabiah, musuhnya di Makah. Meski demikian,dia mendapat perlakukuan yang baik darinya. Dia kembali ke Makah setelahmendapatkan perlindungan sementara dari keluarga Naufal. Pada saat inilah diamulai berkhotbah pada peziarah badui yang datang pada musim haji.

Padawaktu-waktu inilah peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi. Ketika sedang tidur di hijr,tempat tertutup di barat daya Ka’bah, dia merasa dibangunkan oleh Jibril. Bersama Jibril, ianaik kuda surgawi yang dinamakan Buraq menuju ke Jerusalem atau Masjidil Aqsha dengan terlebihdahulu mampir ke Bethlehemdan Gunung Tursina, sebagai bentuk pengakuan terhadap kenabian dua orangsebelumnya, Yesus dan Musa. Di Jerusalem, Muhammad melakukan shalat bersamapara nabi sebelumnya.

Perjalanandilanjutkan dengan naik ke atas menembus langit. Di setiap langit dia menjumpainabi-nabi tertentu yang diutus sebelumnya. Ketika sampai Tahta Ketuhanan,Muhammad mendapatkan perintah shalat 50 kali sehari dari Allah. Kewajibanshalat limapuluh kali ini akhirnya mendapat pengurangan menjadi lima kali sehari setelah bolak-balikmenghadap Allah karena nasehat dari Nabi Musa. Dalam tradisi sufi, peristiwaini dianggap sebagai keberhasilan Muhammad dalam mencapai posisi terdekatdengan Tuhan.

Sebagaimanabiasa, pada musim haji tahun 620 Muhammad mendatangi peziarah yang berkemah diAqabah. Bersama enam orang penyembah berhala dari Yatsrib, ia duduk bersama,menceritakan misinya, dan membacakan al-Qur’an kepada mereka. Kali ini iamendapat perhatian penuh simpati dari mereka. Mereka yakin bahwa Muhammadadalah nabi yang akan keluar dan yang sering dibicarakan. Bagi mereka, jikaMuhammad adalah benar seorang nabi, maka penting untuk mencegah para Yahudimenemukannya terlebih dahulu. Sejak saat itu mereka masuk Islam.

Waktuitu Yatsrib belum merupakan kotasebagaimana Makah, tetapi sebuah perkampungan dengan sebuah oase. Hingga awalabad ke-7, terdapat tiga suku Yahudi utama di sana; Bani Quraidhah, bani Nadhir, dan baniQainuqa. Adajuga suku lain yaitu Aus dan Khajraj yang keduanya berasal dari Arabia Selatan.

KetikaMuhammad berdakwa kepada enam peziarah dari Yatsrib, sebenarnya mereka tidak terkejutdengan pesan monoteisnya, karena mereka sudah sering medengar hal tersebut dariorang-orang Yahudi Yatsrib. Bahkan, sebagai utusan Allah, Muhammad dipandangakan mampu menjadi pemimpin yang lebih tidak berpihak dibanding Ibn Ubay,pemimpin mereka. Mereka akan kembali lagi tahun depan dengan melaporkanperkembangan agama baru mereka. Mereka yang dari suku kecil Khajraj harus dapatmenarik simpati dari suku Aus yang besar.

Padatahun haji 621, enam pengikut baru dari Yatsrib datang kembali ke Makah denganmembawa tujuh orang, di mana dua di antaranya dari suku Aus. Mereka bertemuMuhammad di Aqabah dan melakukan sumpah resmi (baiat Aqabah pertama) untukmenyembah hanya kepada Allah dan melaksanakan perintahnya. Dan ketika kembalike Yatsrib, Muhammad mengirim Mush’ab bin Umar untuk mengajarkan al-Qur’ankepada penduduk Yatsrib. Dari Mush’ab inilah banyak orang-orang Yatsrib yangsemula tidak simpati terhadap agama baru ini menjadi pemeluknya yang setia.

AgamaIslam menyebar dengan cepat di daerah ini. Bahkan di setiap keluarga akanditemukan seorang Muslim di sana.Dan di tahun 622, sebanyak 73 laki-laki dan 2 perempuan  Muslim dari ratusan peziarah meninggalkanYatsrib menuju Makah. Dalam pertemuan malam di Aqabah, di mana para Muslim ini meninggalkanteman-teman penyembah berhala, mereka berikrar, ”Kami berjanji akan berperangdemi kepatuhan mutlak kepada sang Rasul, dalam kesenangan maupun kesedihan,kemudahan atau kesulitan, kami tidak akan berbuat salah lagi, kami akanmengatakan kebenaran setiap waktu, dan kami tidak akan khawatir lagi padacelaan orang dalam beribadah.”

Sekembalinyarombongan ini ke Yatsrib, Muhammad mendorong para pengikutnya untuk melakukan hijrah,migrasi dari Makah ke Yatsrib. Hijrah bukan hanya masalah perubahan geografi,tetapi umat Muslim Makah harus meninggalkan Quraisy dan menerima perlindunganpermanen dari suku yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka. Ini adalahhal yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dapat menyinggung perasaanbangsa Arab.

Karenanya,hijrah adalah sesuatu yang menakutkan. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadinantinya. Meski demikian, Muhammad tidakmengharuskan umat Muslim untukberemigrasi. Yang tida sanggup diperkenankan untuk tetap tinggal di Makah dan tidakakan dianggap murtad.

Padabulan Juli-Agustus tahun 622, sekitar tujuh puluh Muslim berangkat ke Madinah,nama lain dari Yatsrib, bersama dengan keluarga mereka. Mereka menumpang dirumah-rumah orang Anshar, Muslim yang dari Madinah, sampai mereka dapatmembangun rumah sendiri. Meski orang-orang Quraisy berusaha menghalang-halangihujrah ini, namun umat Muslim juga tidak kalah cerdik dalam mengelabuhi merekaagar tidak ketahuan dalam berhijrah. Dikisahkan, pintu-pintu rumah merekamembuka dan menutup ditiup angina karena tidak ada penghuninya. Muhammadsendiri bersama Abu Bakar tetap di Makah sampai semuanya pergi.

Setelahpelindung Muhammad, Muth’im, meninggal, para pemuka Quraisy mengadakanpertemuan untuk menghabisi Muhammad. Abu Jahl memberikan usul penyingkiranMuhammad tanpa pertumpahan darah yang akhirnya diterima oleh orang-orang yanghadir. Usul itu adalah bahwa setiap klan akan mengirimkan pemuda terbaiknyauntuk mebunuh Muhammad secara bersama-sama. Dengan demikian klan Hasyim tidakakan dapat membalas dendam kepada semua klan yang ada.

Padasuatu malam yang telah ditentukan, segerombolan pemuda pilihan  ini mendatangi kediaman Muhammad dan akanmembunuhnya. Namun karena ada wanita dan anak kecil di sana, mereka menundanya sampai pagi. Lagipula Muhammad masih dilihat terbaring di atas ranjangnya. Mereka tidak menyadaribahwa setelah mendengar rencana mereka dari Jibril, Muhammad keluar danmenyuruh Ali, sepupunya, untuk tidur di tempatnya. Sehingga ketika yangdidapati hanyalah Ali, mereka langsung menawarkan seratus ekor unta bagi siapasaja yang dapat membawa kembali Muhammad, baik dalam keadaan hidup ataupunmati.

Peristiwaini juga  menunjukkan bahwa klaimterhadap masyarakat di mana Nabi Muhammad hidup sebagai orang yang bodoh(jahiliyyah) dalam pengetahuan tidaklah benar. Karena dari contoh tersebut kitadapat melihat betapa mereka sangat menghormati eksistensi orang lain dan tidakakan membunuh orang yang tidak menjadi sasarannya.

Muhammadsudah pergi bersama Abu Bakar menuju sebua gua di luar Makah dan bersembunyi disana selamatiga hari. Beberapa kerabat mengirimi mereka makanan. Sebenarnya, para pencaripun telah sampai ke tempat itu, namun sebuah mukjijat telah datang. Hanya dalamsemalam, sebuah pohon akasia telah tumbuh, dan di mulut gua telah bersarangseekor merpati, dan mulut gua telah dipenuhi dengan jaring laba-laba; suatutanda yang menunjukkan bahwa di dalamnya tidak akan ada orang yang baru sajamasuk.

Setelahdirasa aman, mereka melanjutkan perjalanan dengan naik anta yang baru dibelidari Abu Bakar, Qaswa. Dan untuk sampai Madinah, mereka harus menempuhperjalanan yang panjang dan berkelok-kelok untuk menghilangkan jejak. Setelahsampai Quba, daerah sebelum Madinah, mereka tinggal selama tiga hari danmembangun masjid Islam pertama di sana,Masjid Quba.

Setelahsampai Madinah, untuk menghilangkan kesan pilih kasih, Muhammad tidak turundari Qaswa sampai onta itu berhenti dengan sendirinya. Di kebun dua anak yatimonta itu berhenti dan di sanalah Muhammad akan memulai hidup barunya diMadinah.

Langkahpertama yang disebut telah dilakukan Muhammad di Madinah adalah mendirikanMasjid Nabawi. Di sini semua orang baik dari Muhajirin maupun Anshar bekerja samadalam mendirikan rumah Allah itu. Dan di sebelah masjid ini Muhammad tinggal.

Yangkedua adalah mempererat persaudaraan kaum muslim, yaitu dengan mempersaudarakankaum Anshar dengan kaum Muhajirin. Kaum Muhajirin yang jauh-jauh datang dariMakah dengan tidak membawa apa-apa, oleh Muhammad dipersaudarakan dengan orangAnshar. Meski hubungan ini baru dan tidak ada ikatan darah sebelumnya, namunmereka diharuskan untuk saling berbagi, bahkan harta seorang Anshar harusdibagi dua dengan saudaranya dari Muhajirin.

Yangketiga, untuk memantapkan dan menjamin keamanan dengan masyarakat Madinah, Muhammadmengadakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi. Bahwa semua suku harusmenguburkan semua rasa benci dan membentuk satu umat dan saling melengkapi.Dokumen yang disebut sebagai Piagam Madinah ini sampai sekarang seringdisebut-sebut sebagai dasar hak-hak asasi manusia modern.

Sampaidi sini Islam dituduh sebagai agama yang memecah belah masyarakat. Muhammaddituduh telah mencuri anak-anak dari orang tuanya. Tetapi setelah ikatan-ikatankuno telah dicabut, suku Quraisy, Aus, dan Khajraj membentuk umat yang satu.Sehingga Islam menjadi kekuatan pemersatu, bukan pemecah belah lagi.

Sepertisuku, umat adalah dunia tersendiri, satu komunitas di luar manusia lainnya,namun tetap dapat membuat persahabatan dengan suku-suku lain dengan carakonvensional. Kesatuan umat adalah cermin dari kesatuan dengan Tuhan. Tak adaikatan darah, tak ada kesetiaan suku, semua harus menjaga kerukunan umat:sesama Muslim tak boleh saling berkelahi, apapun sukunya.

Meskidemikian, tidak semua orang Madinah yang masuk Islam adalah murni karenaberiman. Beberapa orang munafiq masuk Islam karena ingin mendapatkan kedudukandan kehormatan. Dan beberapa yang lain tetap tidak puas dengan Islam, karenadengan masuknya ke dalam Islam, berarti kedudukan mereka terancam. Abdullah binUbay, calon terkuat pemimpin Madinah, tidak menjadi pemimpin Madinah karenakedatangan Muhammad. Karenanya dia menjadi pemimpin orang-orang munafiq ini.

Setelahmelalui berbagai konflik dengan Yahudi Madinah, akhirya agama baru inimenyatakan mandiri dan terbebas dari agama tua itu yang ditunjukkan secarasimbolis melalui perubahan arah kiblat dalam shalat. Kiblat shalat yang semulamenghadap Jerusalem,kini harus diubah dengan menghadap ke Ka’bah. Ketika itu, Muhammad harusmembuat jamaah shalatnya berputar dalam menghadap kiblat, karena turunnya wahyudalam keadan shalat.


Perubahan arah kiblat ini disebut sebagai tanda keagamaan Muhammad yangpaling kreatif. Dalam menghadap Makah, kaum Muslim secara diam-diam menyatakanbahwa mereka tidak menjadi bagian dari komunitas yang telah mapan, melainkanhanya mengarah kepada Tuhan semata. Dengan mengarah pada Ka’bah yang merdekadari dua agama terdahulu, umat Islam kembali ke keimanan asal dari seorang manusiayang membangun Ka’bah itu, Ibrahim.


oleh: Ali Muhayyar
Continue reading →

Said Aqil: Revolusi Perilaku Korupsi Melalui Semangat Hijriyah

0 komentar
Said Aqil: Revolusi Perilaku Korupsi Melalui Semangat Hijriyah
Said Aqil Siradj
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemimpin dan masyarakat Indonesia seharusnya dapat menjadikan momentum tahun baru hijriah sebagai usaha untuk melakukan perbaikan. Perilaku korupsi yang sudah melekat dengan pejabat dan birokrat di negeri ini harus dapat direvolusi secara moral melalui semangat dalam menyambut 1 Muharam 1433 H.

Demikian pendapat Ketua Pengurus Besar Nadhatul Ulama (NU), Said Aqil Siradj. ''Kita umat Islam yang pernah punya sejarah gemilang, seharusnya bisa mengembalikan lagi semangat tamadun yang pernah dibangun oleh Rasulullah,'' kata Said Aqil

Kang Said, demikian sapaan Said Aqiil, datangnya tahun baru Hijriah seharusnya bisa dijadikan momentum oleh umat Islam untuk bisa memperbaiki diri. ''Kalau masih ada pejabat atau pemimpin Muslim masih korupsi maka hal itu sama saja mencoreng martabat umat Islam secara keseluruhan,'' ujarnya.

Ia mengajak para pemimpin di negeri ini untuk melakukan intropeksi diri terhadap segala perilaku korupsi. Namun demikian, ia juga menyerukan agar pemimpin dan umat Islam tetap optimis menatap masa depan Indonesia yang lebih baik.

Lebih lanjut Kang Said mengatakan, hikmah lain yang terkandung dalam hijrah Rasulullah ke kota Yastrib adalah beliau membangun peradaban, budaya, moral serta kebersamaan. Selain itu Rasul menata tatanan kehidupan di tempat baru itu dengan menjunjung hukum di atas segalanya. ''Jadi marilah kita berbenah diri,'' katanya.


Redaktur: Johar Arif
Reporter: M Akbar
Continue reading →
Kamis, 24 November 2011

Meninjau Kembali Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Ulama

0 komentar

Banyak orang,kadang-kadang bahkan ahli pendidikan, tidakkenal pe­santren. Mereka menyangka bahwa pe­santren adalah sarang kekolotan, pesan­tren sarang konservatisme, dan merek-merek keterbelakangan lain. Tetapi bagi pengamat perkembanganmasyarakat di Indonesia ini orang akan mengetahui bahwa tidak sedikit ulama-ulama, pemimpin-pemimpin di Indonesia dilahir kan olehpesantren.

Mengapadari pesantren itu lahir ulama-ulama atau pemimpin-pemimpin masyarakat?Barangkali hal ini dapat dilihat dari sistim pendidikan yangada di pesantren itu. Di antara ciri-ciri pen­didikan dipesantren itu ialah :
  1. Adanya hubungan yang akrab antara murid (santri) dengan Kyai. Kyai itu memperhatikan sekali kepada santrinya. Hal ini dimungkinkan karena mereka tinggal dalam satu pondok atau kampus;
  2. Tunduknya santri kepada Kyai. Pa­ra santri menganggap bahwa menentang Kyai selain dianggap kurang sopan juga bertentangan dengan ajaran agama;
  3. Hidup hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam kehidupan pesantren. Hidup mewah tidak terdapat dalam pesantren itu. Bahkan tidak sedikit para santri itu hidupnya terlalu sederhana dan terlalu hemat hingga mengabaikan kesehatannya. Orang mengetahui bahwa hidup hemat dan sederhana merupakan syarat mutlak bagi suksesnya pembangunan yang harus terus menerus kita lakukan ini;
  4. Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara di pesantren. Hal ini disebabkan para santri itu menyuci pakaiannya sendiri, membersihkan kamar tidurnya sendiri dan bahkan tidak sedikit dari mereka yang memasak makanannya sendiri;
  5. Jiwa tolong-menolong dan suasana persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren. Hal ini disebab­kan kehidupan yang merata di kalangan para santri; juga karena para santri harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang sama, baik yang berupa pekerjaan-pekerjaan yang bersifat agama, seperti shalat berjamaah, atau yang bukan bersifat agama seperti membersihkan tempat shalat seperti masjid atau tempat belajar, secara bersama;
  6. Disiplin sangat ditekankan dalam ke­hidupan pondok pesantren itu. Pagi-pagi benar antara jam 4.30 atau jam 5.00 pagi Bapak Kyai telah membangunkan santri untuk diajak shalat bersama (berjama'ah). Bahwa pen­didikan yang semacam itu mempunyai pengruh yang sangat besar dalam kehidupan orang, tidak perlu diragukan.
  7. Berani menderita untuk mencapai sesuatu tujuan merupakan salah satu pendidikan yang diperoleh dalam pesantren. Hal ini dilakukan oleh para santri dengan kebiasaan 'tirakat' , baik dengan puasa sunat seperti puasa Senin-Kamis; shalat tahajud di dalam waktu malam, i'tikafdi Masjid dengan merenungkan Kebesaran dan Kemurnian Allah, maupun dengan amalan-amalan lainnya.

Itulah antara lain ciri-ciri pendidikan dalam pesantren; dan itu pulalah barangkalimengapa dari pesantren lahir ulama-ulama,pemimpin-pemimpin masyarakat.

Di lain pihak pesantren bukanlah suatu lembaga pendidikan untuk men­cetak 'pegawai' yang mau diperintah oleh orang lain. Tetapi pesantren adalah lembagapendidikan yang mencetak 'majikan'untuk dirinya sendiri. Pe­santrenadalah lembaga pendidikan yangmencetak orang-orang yang berani hidup berdiri di ataskakinya sendiri dengan tidak tergantungkepada orang lain. Pedagang-pedagangbesar atau kecil, petani-petanibesar atau kecil, nelayan-nelayanbesar atau kecil di Indonesia,sebagian besar dari mereka itu adalahterdiri dari bekas-bekas san­tripesantren.

Di samping birokrasi yang baik, maka adanya pengusaha dan pedagang itu, yang sebagian besar terdiri dari bekas-bekas santri pesantren, sangat diperlukan bagi pembangunan negara kita.

Pada akhir-akhir ini, dunia usaha telah banyak bergeser, tidak lagi ter­diri dari santri-santri pesantren, tetapi lebih banyak terdiri dari para bekas pegawai,baik sipil maupun ABRI. Kalau pengamatan ini betul,maka tergesernya para santri dari dunia usaha bukankarena 'kurang cakap' me­reka,tetapi karena mereka tidak pandai mengambil 'kesempatan untuk ikutterjun dalam dunia busines 'gaya baru' ini. Santri-santri kurang pandai 'berpolitik' dagang. Kami katakan di sini, bahwasoalnya bukan karena kurang kecakapan para santri, karena ternyata orang-orang yang terjun dalam bidang usaha sekarang ini sebagian be­sarbukan orang-orang yang terdidik dalam bidangekonomi. Sarjana-sarjana ekonomirupa-rupanya sudah puas untuk menjadi 'juru tulis' dalam perusahaan-perusahaan yang dipimpin oleh orang-orang yang bukan berpendidikanekonomi. Memang sarjana ekonomi kita rupa-rupanya pandai berteori tentangdagang dan usaha, tetapi tidak mempunyai mental dan keberanian untuk dagang danusaha, sedang santri-santri kita tidakmempunyai teori dagang dan usaha, tetapi mempunyai mental dan keberanianuntuk dagang dan usaha. Namun semua inimasih perlu penelitian oleh ahli-ahlinya de­ngan lebih cermat.

Sekalipundalam satu segi, yaitu ketinggalannya para santri dalam mengisi barisan usahadewasa ini, tetapi kedudukan mereka sebagaiulama dan pemimpin agama ternyata masih tetap di pegang.

Pengembangan Pesantren

Sudah agak lama orang berusaha untuk membaharui dan mengernbang-kan pesantren itu.

Sebenarnyausaha pembaharuan dan pengembanganpendidikan dan pe­ngajaran dipesantren tidaklah mudah, sebagaimanamelaksanakan pembaharu-an danpengembangan pendidikan dan pengajarandi sekolah-sekolah umum. Hal ini disebabkan antara lain: Kyai bukanlahorang yang hanya memimpin pesantren, tetapi sekaligus yang mempunyai pesantren. Oleh karena itu, kemungkinan pembaharuan dan pengembangansistim pengajaran dan pendidikan di pesantren menjadi tergantung kepada kerelaan para Kyai untuk membaharui dan merubah. Untuk itu perlu direnungkan seberapa jauh pengaruh Departemen Agama dalam memberikan wawasan kepada pa­ra Kyaiyang memiliki pesantren itu untuk mengadakan pembaharuan dan perubahan dalam sistim pelajaran dan pendidikan pesantrennya.

Lebih dariempatpuluh tahun kita mempunyai DepartemenAgama, per­ubahan yang tampak pada sistim pe­ngajaran dan pendidikan pesantren adalah 'dari Pesantren murni berubah (ditambah) dengan sistim Madrasah'. Ini dapat dikatakanbahwa perubahan itu lebih bersifat ' kedalam" dan bukan 'perluasari, perubahan yang lebih bersifat 'introvert' dari pada 'extro­vert' , baik dalam di taktik maupun dalam sistim dan metode pengajaran dan pendidikannya. Saya kira per­ubahan 'perluasari akan lebih banyak mempengaruhi hidup dan kehidupan pesantren. Namun hal itu belum terjadi. Memang setelah timbulnya ma­drasah dipesantren, apa yang dikatakan 'pengetahuanumum' ditambahkan, tetapi belum memadai. Pada asasnya orientasi tentangilmu belum mengalami perubahan di kalangan pesantren.

Madrasah di Pesantren

Sebagaimanakita ketahui, dewasa ini hampir semua pesantren telah me­rubah dirinyamenjadi madrasah. De­ngan perubahan ini sebenarnya selain terdapat keuntunganjuga terda-pat kerugian.

Di Pesantren bakat dankemampuan santri tidak mendapat perhatian dari Kyai. Santri bebas untuk belajar, danbebas untuk tidak belajar, sebagaimanasantri itu bebas untuk memilih matapelajaran dan tingkatan pe­lajaranyang ia sukai. Pokoknya sistem pengajaranpesantren ini 'bebas' . Inilahsebabnya mengapa tidak sedikit santriyang bertahun-tahun lamanya di pesantren,tetapi tidak mendapatkan ilmusebagaimana diharapkan.

Tetapidengan perubahan menjadi madrasah, maka kerajinan murid diawasi, mata pelajaranberjenjang, kemampuan dan kegiatan murid dinilai oleh Kyai. Namun disamping kebaikan cara pengajaran madrasah, madrasah itu kehilangan kebaikan sistim pendidikan yang diberikan oleh pesantren, sebagai­mana tersebut di atas.

Olehkarena itu sistim pengajaran dan pendidikan agama yang palingbaik di Indonesia adalah sistem pengajaran alamadrasah dalam lingkungan pen­didikan pesantren. Jelasnya :Madrasah dalam Pesantren adalah sistim pengajar-andan pendidikan agama yang paling baik.

Pesantrenkita sebagaian besar ada di desa-desa, dan kebanyakan santriyang mengunjunginya juga dari desa. Oleh karena itu, madrasah dalam pesantren harus tegas-tegas berorientasi ke desa. Para santri itu harus dipersiapkan untuk menjadi pemimpin agama dan dalam waktuyang sama juga menjadi penggerak pembangunandi desanya masing-masing. Bahwaorientasi ke pedesaan ini banyaksekali manfaatnya, sudah barang tentutidak perlu lagi kita bahas di sini.Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa santri itu kita bekali pelbagaicabang ilmu pengetahuan yang diperlukan desa hingga dengan demikian iamempunyai wawasan ke arah kehidupan desa. Untuk itu sebaiknya pelajaran dan pendidikan di madrasah dalam pesantren itu kurang lebih mencakup hal-hal berikut :

  1. Pendidikan dan Pengajaran Agama. Inilah yang pokok, karena memang pesantren itu diadakan untuk mendidik calon Ulama :
  2. Pendidikan Ketrampilan, seperti peternakan, pertanian, pertukangan, koperasi dan sebagainya. Hal ini di-maksudkan bukan untuk supaya santri-santri itu menjadi peternak ayam, tukang kayu, atau menjadi ahli pertanian. Tetapi yang dimaksud supaya santri dapat menghayati pentingnya ketrampilan itu, hingga dengan demikian ia tidak menganggap rendah pekerjaan yang sifatnya ketrampilan, seperti pertukangan, pertanian dan sebagainya. Orang mengetahui bahwa tidak semua santri dikemudian hari menjadi Kyai. Tetapi sebagian besar dari santri menjadi petani biasa, pedagang biasa, tukang biasa, dan se­bagainya. Dan sudah barang tentu pendidikan ketrampilan yang diberikan di pesantren akan besar sekali manfaatnya dalam kehidupan me-reka di kemudian hari;
  3. Pendidikan Kepramukaan. Pendidik­an Kepramukaan adalah pendidikan di luar pendidikan rumah tangga dan sekolah, yang sangat baik. De­ngan pendidikan kepramukaan ini, pendidikan agama dapat dimasukkan dengan melalui disiplin pramuka;
  4. Pendidikan Kesehatan dan Olahraga. Ini besar sekali gunanya untuk menjaga kesehatan badan para santri;
  5. Pendidikan Kesenian, apakah seni membaca al-Qur'an, membaca Barzanji Rebana, Pencak Silat, Seni tulis indah, dan sebagainya. Pen­didikan kesenian ini perlu diberikan untuk menghaluskan budi.

Dengancorak dan isi pendidikan dan pengajaran sebagaimana tersebut di atas,dapatlah diharapkan dalam pen­didikan madrasah dalam pesantren ituakan terhimpun seni, ilmu dan agama, yangmerupakan tiga komponen pen­didikan yang harus terkumpul dalam diriorang, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat.

Orientasi Ilmu

Kitamengetahui bahwa pada akhir-akhir ini banyak dari pesantren-pesantren yangmembuka Perguruan Tinggi atau Universitas. Ini perkembangan yangbaik.

Dewasa ini, ilmu-ilmuyang diajarkan di Universitas dalampesantren selain ilmu agama Islam,yang meliputi Ushuluddin, Syari'ah,Tarbiyah, Da'wah dan Adab - sebagaimana pola IAIN - juga ilmu-ilmu sosial, sekalipun masih dalam tingkat permulaan. Ilmu-ilmu eksakta dan humaniora masih belum diberikan dalam universitas-universitas itu. Orientasi ilmu dilingkungan pesantren belum mengalamiperubahan. Inilah barangkali salahsatu sebab kelemahan pesantren.

Sebagaimanakita mengetahui maka bukanhanya di Indonesia saja, bahkan diseluruh dunia orang selalu tidak puas dengan hasil-hasil yangdiperoleh oleh perguruan tinggi. Masyarakat selalu menuntutlebih dari yang dihasilkan oleh perguruan tinggi. Hal inidisebabkan perubahan dalam masyarakat terjadi lebih cepat daripadayang terjadi dalam perguruan tinggi. Sementara itu lulusan perguruan tinggi tidakseluruhnya selalu dapat menghayatiperubahan-perubahan yang terjadidalam masya­rakat.

Juga orang mengkritiktentang ketidak mampuan lulusan IAIN - yang merupakan salah satu corak perkembangan pesantren untuk membaca kitab Arab. Oleh karena itu pengajian 'kitab kuning' harus digiatkan.

Apakah betul hal yangsedemikian itu? Saya kira lulusan IAIN dariFakultas Syari'ah, Ushuluddin, Adab tidak sedikit yang mampu membacakitab-kitab Arab, karena memang itu yang merekapelajari. Dari lulusan Tarbiyah banyakyang kurang mahir dalam mem­bacakitab-kitab Arab, karena mereka banyakmembaca bahan-bahan yang ditulisdalam bahasa bukan Arab.

Menurutpendapat saya, kelemahan lulusan IAIN terletak pada orientasi ilmunya.Orientasi ilmu agama Islam oleh IAIN dewasa ini adalahsebagaimana terwujud dalam ilmu-ilmu yang dihimpun dalam Fakultas-fakultas da­lam lingkungannya : inilah yang bisa dilakukanoleh IAIN, sesuai dengan per-aturanperundangan yang ada. Terobosan mulaidilakukan dengan adanya S-2 dan S-3 yangsudah dimulai sejak tahun 1975 itu, yaitu denganperluasan mata pelajaran humaniora dan perluasan ilmu-ilmu sosial dan bahasa.

Oleh karena itu, saya berpendapat sebaiknya pesantren-pesantren yang membuka Universitas, orientasi ilmu­nya jangan hanya seperti IAIN tetapi hendaknya meliputi ilmu agama, humaniora, sosial daneksakta.

Adapun untuk membina pemimpin-pemimpin agama atau ulama yang me­rupakanproduk dari Universitas-universitas dalamlingkungan pesantren itu, maka 4 macam ilmu perluditekankan, yaitu (1) sejarah, (2) filsafat,(3) metodologi dan (4) bahasa.

Karenaperguruan tinggi harus sang-gup menjawabperubahan-perubahan yang terjadi dalammasyarakat, maka apakahperubahan-perubahan yang ter­jadi itujuga harus diberikan dalam perguruan tinggi? Tentu sajajawabnya: "Ya". Tetapi disamping perubahan-per­ubahan yang terjadi di dalam masyara­kat yang harus diberikan dalam per­guruan tinggi, maka siswa di dalam per­guruan tinggi itu harus juga diajarkan beberapa hal mengenai sejarah dan prosesterjadinya perubahan-perubahan itu.

Inilah pentingnya Ilmu Sejarah, ka­rena hakekat ilmu Sejarah adalah ilmu yang berusahamemahami masyarakat dengan perubahan-perubahannya.Ma­syarakat umat manusia dalam totalitasnya denganperubahan-perubahan yang terjadi padanyamerupakan sasaran yang dibahas oleh Ilmu Sejarah.

Untuk   hal  ini prinsip-prinsip asasi dari  perubahan masyarakat harus di pahami. Ibnu Khaldun menyatakan :

  1. Gejala-gejala sosial rupanya mengikuti hukum-hukum tertentu, yang sekalipun tidak semutlak sebagaimana hukum-hukum yang meliputi gejala-gejala alam, tapi cukup konstan dan ajeg untuk menyebabkan kejadian-kejadian sosial mengikuti pola dan uruatan teratur.
  2. Hukum-hukum itu mengenai massa dan tidak banyak mengenai individu-individu, oleh karena itu apabila suatu masyarakat sudah rusak maka perbaikan tidaklah dapat dilakukan oleh perorangan karena usaha pero-rangan akan ditelan oleh tekanan-tekanan sosial.
  3. Hukum-hukum itu dapat difahami hanya dengan mengumpulkan banyak fakta dan meneliti sebab dan akibat suatu kejadian.
  4. Hukum sosial yang sama akan juga terjadi pada suatu masyarakat yang strukturnya sama, sekalipun berbeda dalam waktu dan tern pat.
  5. Masyarakat itu tidak statis tetapi berubah dikarenakan hubungan antara sesama manusia dan kelompok dalam masyarakat yang diikuti dengan mencontoh, menyesuaikan diri, menentang dan sebagainya.
  6. Hukum-hukum itu bukan hanya refleksi dorongan biologis atau karena faktor-faktor fisik saja, tetapi merupakan hasil dari kondisi dan si-tuasi sosial.
  7. Oleh karena itu situasi dan lingkungan hidup manusia mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap masyarakat juga pada perseorangan.
  8. Perubahan sosial tidaklah disebabkan adanya sesuatu faktor yang berdiri sendiri. Kelompok-kelompok dalam masyarakat dan transformasinya ber-ada dalam saling ketergantungan dan saling hubungan yang sangat kompleks.
  9. Generalisasi   atau pengambilan hukum secara umum yang dihasilkan dari mempelajari masyarakat umat manusia harus didasarkan kepada dasar-dasar yang empiris.
  10. Bahwa orang yang ingin mempelajari Ilmu sejarah harus menguasai cabang-cabang ilmu tertentu dan sikap ter­tentu yang menjamin objektivitas dalam hasil penyelidikannya.

Agarsupaya orang dapat memahami masyarakat dengan objektif, menurutIbnuKhaldun, orang harus menghindarisumber-sumber kesalahan sebagai berikut: 1. Semangat membela ter­hadap sesuatu kepercayaan atau pendapat. Apabila orang menerima sesuatu keterangan maka keterangan itu diselidiki dan diteliti hingga dengan demikian dapat memisahkan mana yang benar danmana yang salah. Tetapi apabila pikiran itusudah memihak kepada suatu pendapatatau kepercayaan maka pikiran ituakan menerima keterangan yang sesuaidengan pendapat atau kepercayaanyang disukainya. Oleh karena itusemangat membela merupa­kan penutup bagi akal pikiran yang menghalang-halangi orang itu dari penyelidikan danpenelitian. 2. Terlalu percaya kepada bahan keterangan dan sumber-sumbernya yang diterima. 3. Ketidaksanggupan dalam memahami apa yang dimaksudoleh suatu keterang­an atau kejadian. 4. Ketidak sanggup­an untuk menempatkan sesuatu kejadi­an dalam konteks yang sebenarnya disebabkankarena kompleks dan samarnya situasi. 5.Keinginan untuk mendapatkan pujian dan persetujuan sosial. 6. Kurangpengertian terhadap hukum-hukum yang meliputi perubahan masyarakat untukmanusia. 7. Ke-cenderungan untukmelebih-lebihkan. 8. Ketidak sanggupan untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu yang panjang karena lamban danpelan-pelannya perubahan itu.

Inilahbeberapa hal tentang hukum-hukum perubahan dalam masyarakat dan sebab-sebab yang harus dijauhi agarorang dapat memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan masyarakat ini secara obyektif.

Dengan ini maka jelaslah bahwa apa-bila yang diajarkan di perguruan ting-gi itu hanya perubahan-perubahan yang terjadipada waktu ini, maka segera perguruan tinggi itu akan ketinggalan zaman.

Problema-problema yang akan di-hadapi oleh orang-orang yang kini menjadi siswa di perguruan tinggi, pada masa 30-40 tahunmendatang akan sangat berbeda dari problema-problema yang kini kita hadapi.Untuk itu kunci untuk memahaminya harus kita berikan, yaitu Ilmu Sejarah.

Soal keduayang harus ditekankan dalam universitas itu adalah ilmu fil-safat. Kitamemahami bahwa bermacam-macam ilmu pengetahuan berada di muka kita ini,misalnya ilmu pasti, ilmu alam, ilmu ekonomi, ilmu hukum dan sebagainya. Dapatdikatakan bah­wa tiap-tiap ilmu menyelidikisalah satu lapangan atau lapisan kenyataan. Masing-masing ilmu merupakansatu ilmu vak. Ahli ilmu vak mengarahkan segala fikirannya kepada suatu lapisantertentu dan dengan sengaja mengesampingkanlapisan-lapisan lain dari perhatian akalnya. Gambarkanlah sebuah pohon kelapa yang menjadi sasaran ahli-ahli ilmu. Ketika seorang ahli ekonomimelihat pohon kelapa itu umpamanya, tidakmenghiraukan fisika dari pohon itu. Bagi ahli ilmu hayat ia akanmemperhatikan fisika dari po­hon itu; ia akan meneliti susunan molekul-molekul atau atoom-atoom di da­lampohon itu. Sebaliknya ahli kebudayaan akan melihat pohon kelapa itu dari segi peranannya dalam sejarahkebudayaan di negeri ini. Dengan perkataan lain tiap-tiap ahli vak, sesuai dengan vaknya masing-masing, menyendirikansatu lapangan atau aspek ter­tentu dari kenyataan pohon itu seluruhnya lalumemberikan segala perhatiannya kepada lapangan tadi. Dengan jalan ini ahli ilmuvak dapat mencapai pengetahuan yang teratur,teliti dan da­lam sekali tentang lapangan yang diselidikinya. Akantetapi harus diinsafi juga bahwa pengetahuan ilmu vak memang terbatas karenahanya berlaku mengenai lapangan tertentu dan tidak boleh dikenakan denganbegitu saja akan lapangan-lapangankenyataan lain. Karena ilmu vak tidak dapat terhindar dari segala prasangka atau pengaruh yangdatang dari luar vaknya, maka ilmu vak tidak dapat melepaskan diri dari subyektivitasnya.

Acapkali ilmu vak menghadapi soal-soal yang tak dapat dipecahkan dengan melulu memakai disiplinya sendiri. Seorangahli ilmu vak tidak mengetahui dengan pasti batas-batas lapangan yang ia selidiki,lapangan ilmu yang diselidikinya dalam kenyataan seluruhnya, hubungan antarasatu cabang ilmu vak dengan cabang yang lain. Dan ini semua tidak bisadiketahui hanya dengan ilmu vak saja; tetapibaru bisa diketahui dengan ilmu filsafat. Ilmu Filsafat memang berbeda sifatnya dengan ilmu vak. Ilmu Filsafat menyelidiki hubung­an antaralapangan-lapangan khusus yangdiselidiki ilmu vak.

Filsafat memikirkan susunan dan ke­nyataan sebagai keseluruhan, juga susunandari pengetahuan pada dirinya sendiri. Hasil-hasil yang di dapat ilmu filsafattentu saja mempengaruhi usaha-usaha ilmu vak. Berhubung de­ngan adanya aliran-aliran filsafat yang bermacam-macam, tak mengherankan bahwadalam ilmu-ilmu vak pun terdapat aliran-aliran yang berupa-rupa. Pengaruh initerutama tampak jelas atas ilmu-ilmukebudayaan seperti ilmu sejarah, ilmuekonomi, ilmu hukum dan sebagainya. Memang peranan subyektivitas dariahli-ahli dalam bidang ilmu kebudayaan itu bisa lebih besar. Namun demikian takdapat disangkal bahwa ilmu alam pun menerimapengaruh dari bermacam-macam aliranfilsafat.

Sekarang timbul pertanyaan : apakah ilmufilsafat itu obyektif ? Kalau kita mengambilaliran rasionalisme dalam filsafatumpamanya yang berpendapat bahwa akal manusia itu cukup mampu memecahkansegala soal, dapat membuka segala rahasia,dan mencapai kebenaran terakhir maka orang tentunya akan bertanya:"Atas dasar apakah si rasionalismemilih akal sebagai suatu alat yang kompeten di dalam soal-soal pengetahuan?"Sudah barang tentu si rasionalis dalammenjawabnya tidak lagi rasionil, tetapi akan mendasarkan diri padakepercayaan dan keyakinan. Sedangkepercayaan dan keyakinan adalahsubyektif.

Dengan ini maka orang dapat me­ngambilkesimpulan bahwa akal itu tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisaobyektif penuh, karena obyektivitas dari akal itu bertolak dari sumber yang subyektif.

Tetapi ini tidak mengurangi pentingnya filsafat.Filsafat sangat penting bagi calon-calon ulamakita. Sayangnya ilmu filsafat selama initidak mempunyai tempat terhormat dalam pemikiranulama-ulama kita pada umumnya, jugadi kalangan ulama-ula­ma Indonesia. la dicap sebagai ilmu yang perlu'dicurigai'.

Yang ketiga harus diberikan kepada santri-santri di universitas itu adalah metodologi.Tiap ilmu mempunyai sistim danmetodenya sendiri. Hal ini harusdiketahui oleh calon-calon ulama. Salah satu hal yang menunjukkankurangnya penguasaan metodologi ialah, umpamanyadalam mengajar tafsir, ma­ka yang ditanyakan kepada mahasiswa adalahsoal i'rab, soal marfu' dan mansubnya,soal mubtada' dan khabar-nya, dan sebagainya. Memang Crab itu penting, tetapitempatnya bukan dalam pelajaran tafsir,tetapi dalam mata pelajaran bahasa. Akibatnya maka santri itu tidakmengetahui ilmu tafsir, sekalipun iamemahami i'rabnya sesuatuayat.

Kemampuankeempat yang harus diberikan kepada santridi universitas adalah bahasa. Palingtidak dua bahasa harus dikuasai oleh calon-calon ulama kita, yaitubahasa Arab, karena kitab-kitab agama Islam sekian besar ditulis dalam bahasaArab, dan yang lain umpamanya bahasa Inggris, karena sekarang ini terlalubanyak masalah-masalah Islam ditulis dalambahasa ini. Dengan mengetahui bahasa Inggris umpamanya, maka sebagiandari dunia orientalisme telah terbuka bagi kita, hingga kita dapat mempelajaridan menelitinya. Adapun guna dan faedah bahasa dilihat dari segisosiologi dan psikologi rasanya disinibukan tempat­nya urituk dibahas.

Demikianlah,dengan ilmu sejarah orang faham proses, dengan filsafat orangfaham essensi, dengan metodologi orang faham sistim dan metode ilmu, dan dengan bahasa orangfaham dunia yang ditulis dalam bahasa itu. Dengan menguasai empat kemampuan itu, maka orientasi ulama kita akan menjadi luaskarena ia akan dapat menguasai selain ilmuagama juga ilmu masyarakat dan humaniora, dan ia selain dapat menguasaikitab-kitab yang dikarang oleh ulama-ulamaMuslim juga oleh orientalis-orientalis,yang senang atau tidak senang,sangat berpengaruh dalam dunia Islam.




oleh: Dr. Mukti Ali
Continue reading →

Label